Minggu, 18 Agustus 2013


When Children Become Angry





“Pokoknya aku mau ini!!” teriak seorang anak kecil sambil menendang-nendang kaki ibunya. Sang ibu hanya bisa terdiam malu sambil berupaya menenangkan si kecil.

Pengalaman seperti ini, sering terlihat di tempat umum seperti supermarket. Pada anak usia tertentu, kemarahan bisa datang tiba-tiba dan wajar sekali dialami mereka. Masa-masa anak mengalami emosi meluap-luap atau sering disebut tantrum ini, biasanya pada usia 2-5 tahun atau masa-masa prasekolah. Dari usia inilah potensi anak bertemperamental tinggi bisa dilihat sejak belia. Bisa jadi itu sifat ini warisan dari orang tuanya. Disinilah peran orang tua yang penting untuk meredam emosi anak yang masih labil.

“Tantrum ini sebetulnya bentuk marah yang meluap atau meledak-ledak,” jelas Alva Paramitha, S.Psi, Psikolog, psikolog anak di Global Sevilla School, “Normalnya Tantrum biasa terjadi pada anak usia mulai 18 bulan hingga 6 tahun dan harusnya berkurang seiring pertambahan usianya. Jadi tidak normal bila diatas usia tersebut anak masih suka tantrum. Biasanya tantrum berlangsung sekitar 5 menit hingga maksimal 10 menit. Lebih dari itu dianggap kurang wajar, bila terjadi lebih dari itu bisa diselediki lebih lanjut apakah anak memiliki hambatan dalam menyalurkan emosinya atau melihat pola perkembangannya lebih lanjut. ” jelasnya.

Marah Sebagai Pesan

  
        Marah sebenarnya adalah sebuah emosi, hanya saja marah kerap dituding sebagai emosi yang negatif. Normalnya anak-anak adalah makhluk yang paling jujur dan spontan, hingga apa yang ada dalam pikirannya langsung dikeluarkan. Alva Paramitha mengungkapkan, biasanya anak marah karena ada suatu keinginan atau kenyataan yang tidak sesuai dengan harapannya. Karena anak belum bisa mengungkapkan apalagi mengontrol kemarahannya, dia akan menunjukkan perasaannya dengan marah atau menangis. Anak menjadi pemarah biasanya telah terjadi pengalaman didalamnya. Pengalaman bahwa dengan marah ia akan mendapatkan keinginannya, marah bisa membuatnya lega dan lain sebagainya. Yang tidak wajar adalah saat anak mulai terbiasa menyampaikan ketidakyamanan, komunikasi, keinginan lewat marah.
          Ada dua jenis ekspresi kemarahan, Pertama, reaksi marah yang impulsif atau agresif, seperti perilaku menendang, melempar dan berguling-guling. Kedua, reaksi marah yang terhambat. Anak dengan reaksi kemarahan yang terhambat, pada saat dia marah dia akan cenderung menarik diri dan menghindari orang yang menyebabkan dia marah. Lebih baik ijinkan anak untuk mengekspresikan marahnya. Semakin beranjak besar, semestina kemarahan yang meledak-ledak sudah dihindari. Ini ditandai dengan perkembangan bahasa sehingga anak dapat dengan mudah mengungkapkan keluhannya.   

 Mengapa Marah?       


       Kenapa si kecil marah? Anda tidak harus jadi Superman untuk bisa membaca pikiran anak. Emosi anak bisa dipengaruhi keadaan otak, kedaan tubuh (sehat atau sakit) bentuk tubuh dan lain sebagainya. Faktor lingkungan juga menyebabkan kemarahan ini dikarenakan dengan marah dapat mengabulkan segala permintaan. Disinilah peran pola asuh orang tua. Sesayang-sayangnya pada anak namun jangan memanjakannya. Asupan makanan juga bisa disinyalir memberikan dampak terhadap emosi. Misalnya dalam keadaan lapar, anak cenderung mudah marah. Gula, tepung dan karbohidrat konon membuat anak lebih aktif dan berenergi tapi tidak selamanya anak yang aktif dan banyak energi menjadi anak yang pemarah. Tapi ada baiknya menghindari makanan yang mengandung banyak gula dan soda.

Dealing with anger kids:

        



Perilaku anak yang gampang marah ini, apalagi bila telah melewati masa temper tantrum, tentu tak bisa dibiarkan. Ingatlah, apa yang dilihat dan didengar anak setiap hari, itulah yang diserap dan diterapkannya. Sebisa mungkin anak dijauhkan dari lingkungan yang negatif sehingga mereka punya model yang bagus untuk perilaku mereka, Dan yang pasti, jangan biarkan anak berkuasa pada orang tuanya. Selain membangun karakter yang tidak baik juga mengganggu kenyamanan orang lain di sekeliling Anda. Anda tidak ingin kan si kecil berteriak kencang kepada neneknya?

  • Ignore the bad behavior. Pada saat anak marah, jangan beri komentar apapun. Terpenting adalah dengan tidak menyampaikan pernyataan dengan emosi yang juga tinggi. Bersikap tenang dengan nafas teratur, nyalakan musik yang menenangkan bisa jadi pilihan.
  • Time-out, please
  • Saat anak makin meraung-raung bahkan mulai memukul disekitarnya, suruh dia masuk ke “safe area”. Bisa saja “safe area” itu kamar tidurnya, atau sofa favoritnya. Suruh dia menunggu hinga marahnya reda, bila sudah tenang baru boleh keluar.
  • Hindari anak dari bahaya fisik. Cenderung menendang-nendang dan memukul-,ukul kepalanya dapat membahayakan dirinya sendiri ketika sedang marah. Oleh karena itu pentingnya “safe area” untuk membuatnya tenang.
  •  Mengalihkan kemarahan. Cara satu ini susah-susah gampang dijalankan. Ajak si anak melalukan aktifitas yang bisa membuat dia lupa bila sedang marah. Yanti seorang Sekretaris di salah satu media ini mengungkapkan “ Ketika dia marah, bujuk dan alihkan perhatiannya. Memutar kartun kesukaannya misanya.”
  •  Cari tahu penyebab marahnya. Setelah reda marah, tanyakan anak kenapa marah. Yang terpenting, jagalah agar tidak ada kekerasan fisik untuk menanggapi marahnya si anak. Jangan lupa untuk memberi alternative solusi. Apabila marah dikarenakan anak ingin mendapatkan sesuatu, jelaskan mengapa ia tidak selamanya boleh mendapatkan sesuatu dengan mudah.
  • Hindari marah pada anak yang marah. Menghadapi anak yang sedang marah, bisa memancing kemarahan orangtua juga. Jangan sampai orangtua menangani anak yang sedang marah dengan kemarahan juga, apalagi sampai pada kekerasan fisik.
  • Berikan pelukan kasih sayang dan kata-kata yang membuat dirinya nyaman.
  • Sering-seringlah mengajak anak untuk mengungkapkan perasaannya. Ini bisa jadi latihan bagi anak untuk menunjukkan apa yang terjadi pada dirinya. Lakukan di depan cermin misalnya. Berikan tampang cemberut sambil mengatakan “ Saya marah”. Dengan cara ini bisa membuat si kecil tidak meraung-raung untuk membuat orang paham dia sedang marah.

             

Ciao!  
Gita Carla









0 komentar:

Posting Komentar